Pendidikan Matematika Realistik Indonesia kelompok 4

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

2.1 Teori Pendukung PMRI

Menurut Fauzan, A (2002) matematika merupakan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran harus diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk memahami obyek matematika. Suatu pendekatan pembelajaran matematika ini kemudian dikembangkan dari hal tersebut. Pendekatan ini kemudian dikenal dengan relistic matematics education (RME) atau di Indonesia dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

Soedjadi (2001;2) mengemukakan bahwa Pembelajaran Matematika Realistik pada dasarnya memanfaatkan realistik dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa lalu.

·         Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

Karakteristik PMRI menurut Traffers (dalam Elda, 2003) adalah sebagai berikut:

a.       Menggunakan Masalah Konstektual (The Use Of Contents)

Pembelajaran diawali dengan menggunakan masalah kontekstual (dunia nyata) tidak dimulai dari sistem formal. Masalah konstektual yang diangkat sebagai topik awal pembelajaran harus merupakan masalah sederhana yang dikenal siswa.

b.      Menggunakan Model (Use Model, Bridging By Vertikal Instrument)

Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematika yang  dikembangkan sendiri oleh siswa, sebagai jembatan antara level pemahaman satu ke level pemahaman yang lain dengan menggunakan instrumen vertikal seperti model, skema, diagram, simbol dan sebagainya.

c.        Kontribusi Siswa ( Student Constribution)

Kontribusi yang besar pada proses mengajar belajar diharapkan datang dari siswa artinya semua pikiran (konstruksi dan produksi) siswa diperhatikan.

d.      Interaktivitas (interactivity)

Mengoptimalkan proses belajar mengajar melalui interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan sarana prasarana merupakan hal penting dalam PMRI. Proses konstruksi dilakukan melalui interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, sehingga interaksi tersebut bermanfaat.

e.        Dengan Topik Lainnya (Interwinning)

Struktur dan konsep matematika saling terkait. Oleh karena itu keterkaitan antar topik ( unit pelajaran ) harus dieksplorasi untuk mendukung terjadinya proses belajar yang lebih bermakna.

 

 

 

2.2 Tahapan PMRI

Langkah -  langkah dalam proses belajar matematika dengan menggunakan pendekatan PMR menurut Amin ( dalam Zumrotul F, 2003) adalah:

Langkah 1: Mengkondisikan Siswa Untuk Belajar

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, dan mempersiapkan kelengkapan belajar atau alat peraga yang diperlukan dalam pembelajaran. Guru juga memberi petunjuk seperlunya mengenai proses pembelajaran yang akan dilakukan siswa dan memeriksa materi prasyarat yang dimiliki siswa.

Langkah 2: Mengajukan Masalah Kontekstual

Guru memberikan soal kontekstual dan meminta siswa untuk memahami soal kontekstual tersebut. Guru hanya memberi Petunjuk seperlunya terhadap bagian situasi dan kondisi soal yang belum dipahami siswa.

Langkah 3: Membimbing Siswa Untuk Menyelesaikan Masalah Kontekstual

Siswa bekerja secara berkelompok atau individu menyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan dengan mereka sendiri, sehingga sangat mungkin terjadi perbedaan dalam penyelesaian masalah antar siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Guru sebagai fasilitator, hanya memberikan pertanyaan penuntun ( jika diperlukan ) untuk mengarahkan siswa memperoleh penyelesaian masalah tersebut.

Langkah 4: Meminta Siswa Menyajikan Penyelesaian

Siswa diminta untuk dapat menyajikan hasil kerjanya atas pertanyaan kontekstual yang dihadapi baik secara individu atau kelompok. Simbol, gambar,  skema, yang digunakan siswa untuk mempermudah dalam menyajikan masalah dapat disajikan atau ditunjukkan.

Langkah 5: Mengajak Siswa Membandingkan dan Mendiskusikan Jawaban

Guru menyediakan waktu dan kesempatan siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban soal secara kelompok ( 4-5 orang siswa dengan kemampuan yang heterogen ) tentang penyelesaian masalah yang telah diselesaikan secara individu. Setelah diskusi, guru memberikan kesempatan kepada beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi ( ide penyelesaian, jawaban masalah, dan alasan-alasannya ) di depan kelas.

Langkah 6: Menyimpulkan

Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan akhir satu konsep/prinsip/definisi/theorema/prosedur yang terkait dengan masalah kontekstual yang diselesaikan dari topik yang telah dipelajari. Setelah konsep/prinsip/definisi/theorema/prosedur yang terkait dengan masalah kontekstual telah ditemukan oleh siswa, guru dapat menegaskan kembali hal tersebut. Sebelum mengakhiri pertemuan, guru juga memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah untuk memantapkan materi yang telah dipelajari.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan

Adapun kelebihannya yaitu (Soimin, 2014, h.150 -151):

·         PMRI memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang kehidupan sehari – hari dan kegunaan pada umumnya bagi manusia.

·         PMRI memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa, tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidangnya.

·         PMRI memberikan pengertian yang jelas kepada siswa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara yang satu dengan yang lain.

Adapun kekurangannya yaitu (Soimin, 2014,h 150 -151):

·         Tidak mudah untuk merubah pandangan yang mendasar tentang berbagai hal, misalnya mengenai siswa, guru dan peranan sosial atau konstektual.

·         Pencarian soal – soal kontekstual yang memenuhi syarat yang dituntut dalam pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap pokok bahasan matematika yang dipelajari siswa, terlebih-lebih karna soal – soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan macam – macam cara.

·         Tidak mudah bagi guru untuk mendorong siswa menemukan berbagai cara dalam penyelesaian soal atau memecahkan masalah.

·         Tidak mudah bagi guru untuk memberi bantuan pada siswa agar dapat menemukan penemuan konsep – konsep atau prinsip – prinsip matematika yang dipelajari.

2.4 Penerapan PMRI dalam Mata Pelajaran Matematika

Penerapan PMRI dapat diterapkan dalam mata pelajaran matematika pada Materi KPK antara lain:

1.      Mengkondisikan siswa untuk belajar


Yaitu dengan cara guru menyampaikan tujuan pembelajaran bab KPK, mempersiapkan kalender sebagai media pembelajaran, dan memberikan motivasi agar peserta didik semangat dalam mempelajari materi KPK.

 

2.      Memberikan masalah kontekstual


Yaitu dengan cara guru bertanya kepada peserta didik yang mengikuti les dan memanggil 2 peserta didik yang mengikuti les serta disuruh menunjukkan pada tanggal berapa mereka pertama kali pergi les dan pada tanggal berapa mereka akan mengikuti les secara bersamaan. Tahapan ini didasari dari karakteristik PMRI yaitu guru memberikan masalah real.

Gambar 1: Siswa A menunjukkan tanggal berapa saja dia pergi les sempoa

Gambar 2: Siswa B menunjukkan tanggal berapa saja dia pergi les sempoa

 

3.      Membimbing atau menjelaskan kepada peserta didik masalah konstektual

Guru memberi kesepakatan kepada siswa yang belum paham mengenai masalah konstektual yang ada. Guru memberikan penjelasan supaya siswa dapat mengidentifikasi permasalahan dan mencari solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.

4.      Meminta siswa menyajikan penyelesaian


Peserta didik diminta bekerja secara kelompok. Peserta didik diminta untuk menuliskan tanggal berapa saja temannya mengikuti les, pada tanggal berapa temannya mengikuti les secara bersamaan dan menuliskan jadwal les tersebut kedalam garis bilangan supaya siswa dapat mengetahui kelipatan.

Gambar 3. Siswa A dan siswa B menandai jadwal les mereka pada Kalender


Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan

 

5.      Mengajak siswa mendiskusikan dan membandingkan jawaban


Guru meminta tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru meminta siswa untuk menandai angka-angka pada garis bilangan yang mereka buat berdasarkan jadwal les dari siswa A dan siswa B dengan tanda yang berbeda. Selanjutnya guru bertanya kepada siswa pada bilangan berapa tanda tersebut muncul dan pada bilangan berapa kedua tanda muncul secara bersamaan. Hal ini untuk mengajarkan kepada siswa tentang kelipatan persekutuan terkecil (KPK). Namun untuk menentukan KPK tidak hanya menggunakan garis bilangan saja tapi bisa juga dengan menggunakan pohon faktor, menentukan kelipatan persekutuannya.


Kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka

Siswa mendata jadwal lesnya pada garis bilangan

 

6.      Menyimpulkan

Guru mengarahkan siswa untuk menyimpulkan mengenai KPK dari permasalahan yang konstektual yang diselesaikan. Guru memberikan tugas untuk dikerjakan supaya meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai KPK.


Postingan Populer