Pendekatan Open-Ended KELOMPOK 3

 Pendekatan Open-Ended

2.1 Pengertian Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended 

Pendekatan Open-ended merupakan salah satu upaya inovasi pendidikan matematika yang pertama kali dilakukan oleh para ahli pendidikan matematika Jepang. Pendekatan ini lahir sekitar duapuluh tahun yang lalu dari hasil penelitian yang dilakukan Shigeru Shimada, Toshio Sawada, Yoshiko Yashimoto, dan Kenichi Shibuya (Nohda, 2000). Munculnya pendekatan ini sebagai reaksi atas pendidikan matematika sekolah saat itu yang aktifitas kelasnya disebut dengan “issei jugyow” (frontal teaching); guru menjelaskan konsep baru di depan kelas kepada para siswa, kemudian memberikan contoh untuk penyelesaian beberapa soal. Menurut Shimada (Marito, Winanda dkk. 2013) model Open Ended adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dari mengenal atau menghadapkan siswa pada masalah terbuka. Pembelajaran dilanjutkan dengan menggunakan banyak jawaban yang benar dari masalah yang diberikan untuk memberikan pengalaman kepada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru di dalam proses pembelajaran. Model Open Ended adalah pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu. Menurut Suherman (2003:123) problem yang diformulasikan memiliki multi jawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open Ended problem atau soal terbuka. Tujuan dari pembelajaran Open Ended menurut Nohda (Suherman, 2003:124) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa melalui problem posing secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola matematik siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa Pendekatan open ended merupakan pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki lebih dari satu jawaban atau solusi dimana siswa dapat menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan jawaban yang benar. Sehingga open ended dapat memberi kepercayaan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik atau cara tertentu. 

2.2 Tahapan Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended 

Tahapan Strategi pembelajaran Open Ended yaitu (Sohimin, 2014:111- 112): a. Persiapan Sebelum memulai proses belajar mengajar guru harus membuat satuan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membuat pertanyaan Open-Ended Problems. b. Pelaksanaan, Terdiri dari : 1) Pendahuluan, yaitu siswa menyimak motivasi yang diberikan oleh guru bahwa yang akan dipelajari berkaitan atau bermanfaat bagi kehidupan seharihari sehingga mereka semangat dalam belajar, kemudian siswa menanggapi apresisasi yang dilakukan oleh guru agar diketahui pengetahuan awal mereka terhadap konsep-konsep yang akan dipelajari. 2) Kegiatan inti, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah berikut. a) Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari lima orang. b) Siswa mendapatkan pertanyaan open-ended. c) Siswa berdiskusi bersama kelompok mereka masing-masing mengenai penyelesaian dari pertanyaan open ended yang telah diberikan oleh guru. d) Setiap kelompok siswa melalui perwakilanya, mengemukakan pendapat atau solusi yang ditawarkan kelompoknya secara bergantian. e) Siswa atau kelompok kemudian menganalisis jawaban-jawaban yang telah dikemukakan, mana yang benar dan mana yang lebih efektif. 3) Kegiatan Akhir, yaitu siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari kemudian kesimpulan tersebut disempurnakan oleh guru. c. Evaluasi Setelah berakhirnya KBM, siswa mendapatkan tugas perorangan atau ulangan harian yang berisi pertanyaan open ended yang merupakan evaluasi yang diberikan oleh guru. 

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Open Ended 

Menurut Suherman, dkk (2003) pembelajaran open ended, sebagai berikut: a. Kelebihan Pembelajaran Open Ended 1) Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya. 2) Siswa memiliki kesempatan matematika secara komprehensip. 3) Siswa dengan keterampilan dan kemampuan matematika yang rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri. 4) Siswa dapat termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan. 4 5) Siswa memiliki pengalaman untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan. b. Kekurangan Pembelajaran Open Ended 1) Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan yang mudah. 2) Mengemukakan masalah yang langsung dipahami siswa sangat sulit, sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan. 3) Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jaban mereka. 4) Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi. 

2.4 Penerapan Open-Ended dalam Mata Pelajaran Matematika Pendekatan Open-Ended

dapat diterapkan dalam mata pelajaran Matematika bab Bangun Ruang Sisi Datar. Berikut langkah- langkahnya: 1. Tahap perencanaan: guru menentukan kompetensi dasar, indikator dan hasil belajar; Contoh : - Kompetensi Dasar : membandingkan dan menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar. - Indikator : 1. Menentukan rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar 2. Menentukan rumus volume bangun ruang sisi datar 3. Menghitung rumus luas permukaan bangun rung sisi datar 4. Menghitung rumus volume bangun ruang sisi datar 5. Menyelesaikan masalah yang melibatkan bangun ruang sisi datar. - Hasil belajar : 1. Peserta didik dapat menentukan rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar 2. Peserta didik dapat menentukan rumus volume bangun ruang sisi datar 3. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang melibatkan bangun ruang sisi datar. 2. Tahap pelaksanaan : guru menyampaikan materi secara umum yang harus dikuasai oleh peserta didik. Kemudian, dilanjutkan proses pendalaman materi yang sudah diberikan. 

Contoh : 1. Pada pertemuan sebelumnya, peserta didik sudah dibagi menjadi 3 kelompok dan masing-masing kelompok diberi tugas untuk menemukan rumus Volume tabung dengan menggunakan pecahan. Contoh soal : Sebuah tabung memiliki diameter 28 cm dan tinggi 5 cm. Berapa volume tabung tersebut? 

Penyelesaian 1 : 

V = luas tabung x t 

V = π x (d : 2)² x t 

V = 22/7 x (28 : 2)² x 5 

V = 22/7 x 14² x 5 

V = 22/7 x 196 x 5 

V = 616 x 5 

V = 3.080 cm³ 

Jadi, volume tabung tersebut adalah 3.080 cm³. 

Penyelesain 2 : 

Diket : d = 28 => r = 14 

V = luas tabung x t 

V = π x r² x t 

V = 22/7 x 14² x 5 

V = 22/7 x 196 x 5 

V = 616 x 5 V = 3.080 cm³ 

Jadi, volume tabung tersebut adalah 3.080 cm³. 

Penyelesain 3 : 

Diket : d = 28 => r = 14 

V = luas tabung x t 

V = π x r x r x t 

V = 3,14 x 14 x 14 x 5

V = 3,14 x 196 x 5 

V = 3.077,2 cm³ 

Jadi, volume tabung tersebut adalah 3.077,2 cm³.

Pada pertemuan selanjutnya, masing-masing kelompok menjelaskan hasil diskusi nya di depan secara bergantian. Setiap kelompok wajib memberikan satu pertanyaan untuk diberikan kepada kelompok yang sedang menjelaskan di depan 2. Setelah kelompok selesai menjelaskan, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab 3. Guru memberikan media pembelajaran berupa bangun ruang sisi datar kepada setiap kelompok 6 4. Setiap kelompok harus menghitung luas permukaan dan volume bangun tersebut 5. Setelah pengerjaan selesai, hasil pengerjaan diserahkan kepada guru. 3. Tahap evaluasi : meliputi evaluasi proses dan evaluasi hasil Contoh : 1. Guru memberikan penguatan hasil diskusi bangun ruang sisi datar 2. Masing-masing speserta didik diberikan latihan soal ruang bangun sisi datar 3. Melakukan evaluasi hasil, apakah pembelajaran telah memenuhi aspek kognitif (memahami materi bangun ruang sisi datar), aspek afektif (partisipasi peserta didik dalam pembelajaran), dan aspek psikomotor (sikap peserta didik ketika pembelajaran) Melakukan evaluasi proses, apakah pembelajaran yang berlangsung sudah sesuai dengan rencana pembelajaran.

Postingan Populer