Materi Tentang Problem Posing” KELOMPOK 2

 “Materi Tentang Problem Posing”

A. Penjelasan Teori Model Pembelajaran Problem Posing 

1. Pengertian Problem Posing Problem Posing adalah Istilah dalam bahasa Inggris yaitu dari kata “Problem” artinya Masalah, Soal atau persoalan, dan kata “Pose” yang artinya Mengajukan. Problem Posing dapat diartikan sebagai pengajuan soal atau pengajuan masalah. Jadi Model Pembelajaran Problem Posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para peserta didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal atau berlatih soal secara mandiri. Model pembelajaran problem posing inimulai dikembangkan di tahun 1997 oleh Lyn D. English, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya, model ini dikembangkan pula pada mata pelajaran yang lain. Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatihsoal) secara mandiri. Menurut Silver (dalamIrwan, 2011: 4) mengatakan problem posing merupakan aktivitas yang meliputi merumuskan soal-soal dari hal-hal yang diketahui dan menciptakan soal-soal baru dengan cara memodifikasi kondisi-kondisi dari masalah - masalah yang diketahui tersebut serta menentukan penyelesaiannya. Dari pendapat Silver tersebut dapat disimpulkan bahwa problem posing adalah kegiatan merumuskan soal baru dari memodifikasi kondisisoal lama sehingga mampu menentukan penyelesaiannya sendiri. Menurut Lin (dalam Ali Mahmudi, 2008: 4) problem posing dapat diartikan sebagai pembentukan soal berdasar kan konteks, cerita, informasi, atau gambar yang diketahui. Dari pendapat Lin dapat disimpulkan bahwa problem posing adalah pembentukan soal baru dari cerita, info dan gambar yang telah ada. "problem posing adalah proses berfikir kreatif dari pengetahuan dasar matematika dengan penafsiran diri sendiri yang dihubungkan dengan lingkungan sekitarnya sendiri untuk diformulasikan menjadi persoalanmatematika yang bermakna". (Elena Stoyanova dan Nerida F. Ellerton (1996: 1) Dari pendapat Elena Stoyanova dan Nerida F. Ellerton diatas dapat dipahami bahwa problem posing adalah proses merekonstruksi sendiri soal baru dari soal lama dengan setting lingkungan. Dari analisis ketiga pendapat ahli diatas dapat dipahami ketigaanya mempunyai kesamaan unsur yang menja dipokok pikiran pendapatnya bahwa problem posing adalah kegiatan membuat soal baru dari sesuatu yang diketahui baik sumber yang berupa soal lama maupun dari gambar, cerita. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa problem posing adalah aktivitas memodifikasi soal yang baru dari gabungan antara pengetahuan basis yang diketahui / soal lama dan keadaan nyata yang dialamisiswa/cerita, gambar. 

2. Model Pembelajaran Problem Posing Silver dan Cai (dalam Ali Mahmudi, 2008: 4) mengklasifika sikan tiga aktivitas koginitif dalam problem posing yang dalam penerapannya ketiga model tersebut mempunyai langkah – langkah pembelajaran yang sama. Pemilihan tipe -tipe itu dapat didasarkan pada hasil belajar siswa, atau tingkat berpikir siswa. 3 Dibawah ini akan diuraikan masing - masing tipe tersebut. 1. Problem Posing tipe Post Solution Posing Strategi ini juga disebut sebagai strategi “find a more challenging problem”. Problem Posing tipe Post Solution Posing yaitu merumuskan atau membuat soal sejenis dari situasi yang diberikan. Siswa akan dilatih kemampuannya untuk menyusun soal sendiri, selanjutnya soal atau permasalahan tersebut diselesaikan sendiri sesuai dengan contoh-contoh yang diberikan oleh guru. Contoh Challenge problem, contoh soal volume bola -> tapi dimodifikasi siswa menjadi mencari volume bola yang diletakkan pada kubus. 2. Problem Posing tipe Within Solution Posing Dalam tipe ini siswa membuat formulasi soal yang sedang diselesaikan untuk menyederhanakan dari soal yang sedang diselesaikan, Jadi siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub - sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan guru. Contoh soal himpunan bilangan bulat ≤20 -> siswa memecah pernyataan soal dari guru menjadi contoh soal himpunan bilangan bulat ≤20 (hanya bilangan genap) . 3. Problem Posing tipe Pre - Solution Posing Siswa membuat pertanyaan dan jawaban berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru. Jadi, yang diketahui pada soal itu dibuat guru, sedangkan siswa membuat pertanyaan dan jawabannya sendiri. Contoh pernyataan guru tentang bangun datar segi empat dengan berbagai macam ukuran panjang -> siswa membuat pertanyaan pasal bangun datar segi empat contoh persegi dengan panjang sisi sesuai dengan ukuran panjang yang guru berikan dan dijawab juga 

B. CIRI-CIRI PROBLEM POSING 

 Problem posing adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran secara langsung untuk memberi kesempatan kepada siswa dalam menganalisis permasalahan yang ada dengan serangkaian kegiatan-kegiatan yang lebih bermakna. Proses pembelajaran didominasi dengan kegiatan-kegiatan siswa yang secara langsung dengan situasi yang telah diciptakan guru. Dalam kegiatan tersebut, maka siswa dapat membuka wawasan yang dimilikinya dan memberikan kesempatan yang luas untuk saling berkomunikasi. Thobroni dan Mustofa (2012: 350) menyatakan bahwa pembelajaran problem posing memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1. Guru belajar dari murid dan murid belajar dari guru 2. Guru menjadi rekan murid yang melibatkan diri dan menstimulasi daya pemikiran kritis murid-muridnya serta mereka saling memanusiakan. 4 3. Manusia dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengerti secara kritis dirinya dan dunia tempat ia berada. 4. Pembelajaran problem posing senantiasa membuka rahasia realita yang menantang manusia kemudian menuntut suatu tanggapan terhadap tantangan tersebut. Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, bahwa model problem posing ini bersifat fleksibel, mengesankan, menganggap murid adalah subjek belajar, membuat anak untuk mengembangkan potensinya sebagai orang yang memiliki potensi rasa ingin tahu dan berusahan keras dalam memahami lingkungannya. 

C. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Problem Posing

 Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Thobroni dan Mustofa (2012: 349) mengemukakan bahwa kelebihan metode problem posing adalah : 1. Mendidik murid berfikir kritis 2. Siswa aktif dalam pembelajaran 3. Belajar menganalisis suatu masalah 4. Mendidik anak percaya pada diri sendiri. Menurut Norman dan Bakar (2011) menguraikan bahwa kelebihan model problem posing adalah: 1. Kemampuan memecahkan masalah/ mampu mencari berbagai jalan dari suatu kesulitan yang dihadapi 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa / terampil menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan. 3. Mengetahui proses bagaimana cara siswa memecahkan masalah 4. Meningkatkan kemampuan mengajukan soal dan sikap yang positif terhadap materi pembelajaran. Sejalan kedua pendapat diatas bahwa kelebihan model pembelajaran problem posing yaitu : 1. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran 2. Minat yang positif terhadap materi pembelajaran 3. Membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada sehingga meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah 4. Memunculkan ide yang kreatif dalam mengajukan soal 5. Mengetahui proses bagaimana cara siswa memecahkan masalah. 5 Kekurangan model problem posing yaitu : 1. Pembelajaran model problem posing membutuhkan waktu yang lama. 2. Agar perlaksanaan kegiatan dalam membuat soal dapat dilakukan dengan baik perlu ditunjang oleh buku-buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar terutama membuat soal. 

D. Langkah-langkah Model Pembelajaran problem Posing

 Penerapan suatu model pembelajaran harus memiliki langkah-langkah yang jelas, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja guru dan aktivitas yang dilakukan siswa. Amri (2013 :13) menyatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran problem posing yaitu : 1. Guru menjelaskan materi pelajaran, alat peraga yang disarankan 2. Memberikan latihan soal secukupnya 3. Siswa mengajukan soal yang menantang dan dapat menyelesaikan. Ini dilakukan dengan kelompok 4. Pertemuan berikutnya guru meminta siswa menyajikan soal temuan di depan kelas. 5. Guru memberikan tugas rumah secara individual. Selanjutnya, Saminanto (Maulina, 2013: 20-21) menyatakan bahwa langkahlangkah model pembelajaran problem posing adalah : 1) Guru menjelaskan materi pelajaran menggunakan alat peraga, 2) Guru memberikan latihan soal, 3) Siswa diminta mengajukan soal, 4) Secara acak, guru meminta siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas, dan 5) Guru memberi tugas rumah secara individu. Langkah-langkah penerapan model problem posing yang dikemukakan oleh Amri dan Saminanto, sejalan dengan pendapat Thobroni dan Mustofa (2012: 351) yang menyatakah bahwa : 1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa menggunakan alat peraga untuk memfasilitasi siswa dalam mengajukan pertanyaan, 2. Siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan secara berkelompok, 3. Siswa saling menukarkan soal yang telah diajukan, 4. Kemudian menjawab soal-soal tersebut dengan berkelompok. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, bahwa langkahlangkah problem posing adalah siswa mengajukan dan menjawab soal dengan berkelompok berdasarkan penjelasan guru ataupun pengalaman siswa itu sendiri. Maka, langkah-langkah yang digunakan adalah : 1) Menjelaskan materi pelajaran dengan media yang telah disediakan, 2) Membagi siswa menjadi kelompok secara heterogen, 3) Secara berkelompok, siswa mengajukan pertanyaan pada lembar soal, 6 4) Menukarkan lembar soal pada kelompok lainnya, 5) Menjawab soal pada lembar jawab, dan 6) Mempresentasikan lembar soal dan lembar jawab di depan kelas. 

E. Aplikasi Model Pembelajaran Problem Posing

 Pada Pembelajaran Matematika Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM : 2000) yang dikutip oleh Ilana Lavy and Atara Shriki, problem posing diakui sebagai komponen penting dari pembelajaran matematika. Stoyanova dalam Ken Clements dan Christine Keitel (1996:1011) mengklasifikasikan informasi atau situasi problem posing menjadi: Situasi problem posing yang bebas Situasi problem posing yang semi terstruktur Situasi problem posing yang terstuktur Respon siswa yang diharapkan dari situasi atau informasi problem posing adalah respon berupa soal buatan siswa. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan siswa membuat yang lain, misalnya siswa hanya membuat pernyataan. Silver dan Cai dalam Abdussakir mengklasifikasikan respon tersebut menurut jenisnya menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) Pertanyaan matematika adalah pertanyaan yang memuat masalah matematika dan mempunyai kaitan dengan informasi yang diberikan. Pertanyaan matematika ini, selanjutnya diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu: a. Pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan yaitu pertanyaan yang memuat informasi yang cukup dari situasi yang ada untuk diselesaikan, atau jika pertanyaan tersebut memiliki tujuan yang tidak sesuai dengan informasi yang ada. Selanjutnya pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan juga dibedakan atas dua hal, yaitu pertanyaan yang memuat informasi baru dan pertanyaan yang tidak memuat informasi baru. b. Pertanyaan matematika yang tidak dapat diselesaikan. 2) Pertanyaan non matematika adalah pertanyaan yang tidak memuat masalah matematika dan tidak mempunyai kaitan dengan informasi yang diberikan. 3) Sedangkan pernyataan adalah kalimat yang bersifat ungkapan atau berita yang tidak memuat pertanyaan, tetapi sekedar ungkapan yang bernilai benar atau salah. Menurut Brown and Walter dalam Abdussakir (2009) ada lima tahapan utama dalam problem posing, yaitu: Memilih titik awal Mendaftar apa yang diketahui dari masalah atau situasi yang diberikan Menggali konsep dengan pertanyaan “bagaimana-jika-tidak” Mencari, mendefinisikan, dan mencatat hal yang baru berdasarkan pertanyaan “bagaimana-jika-tidak” sebelumnya. Membuat pertanyaan-pertanyaan baru dan analisis pertanyaan tersebut setelah semua masalah direncanakan. 7 Selain itu, Brown dan Walter, dalam Abdussakir (2009), juga mengungkapkan bahwa informasi atau situasi problem posing dapat berupa gambar, benda manipulatif, permainan, teorema atau konsep, alat peraga, soal, atau selesaian dari suatu soal. Sementara itu, menurut Setiawan (2004), pembentukan soal atau pembentukan masalah terdiri dari dua kegiatan yaitu: 1) Pembentukan soal baru atau pembentukan soal dari situasi atau pengalaman siswa. 2) Pembentukan soal dari soal lain yang sudah ada. Phylips Within, mengemukakan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menerapkan problem posing adalah sebagai berikut: 1. Melibatkan siswa dalam membahas masalah baru dengan teliti. 2. Meminta siswa mencatat tentang apa yang mereka bicarakan, mereka tulis dan mereka gambar berdasarkan temuan mereka. 3. Meminta siswa mengajukan soal atau petanyaan berdasarkan hasil pengamatan mereka. 4. Meminta siswa untuk memilih salah satu soal atau pertanyaan yang mereka buat untuk diprediksikan solusinya.Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan atau mendiskusikan temuan mereka dengan siswa yang lain. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan, langkah-langkah penerapan pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut: 1) Guru menyajikan informasi atau situasi kepada siswa dengan menggunakan gambar, benda manipulatif, permainan, teorema atau konsep, alat peraga, soal, atau selesaian dari suatu soal. 2) Siswa mencatat hal-hal yang telah diketahui dari situasi atau informasi yang telah diberikan. 3) Siswa membuat pertanyaan atau soal dengan menggali konsep dari hal-hal yang telah diketahui. 4) Siswa menganalisis pertanyaan atau soal yang telah dibuat dan memprediksi solusi dari soal tersebut. 5) Siswa mendiskusikan hasil pekerjaannya dengan siswa yang lain. 

Problem Posing untuk Menilai Hasil Belajar Matematika ( Dr. Ali Mahmudi Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Yogyakarta )

 Berikut adalah contoh tugas problem posing yang dapat diberikan kepada siswa. Misalkan grafik berikut menunjukkan persentase banyaknya keluarga di kota Yogya yang memiliki sepeda motor dan mobil dari tahun 1997. Susunlah sebanyak mungkin pertanyaan berdasarkan informasi pada grafik di atas. Beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dibuat siswa adalah sebagai berikut.

 a. Soal dengan kompleksitas rendah Berapa persen banyaknya keluarga di kota Yogya yang memiliki mobil pada tahun 2000?

 b. Soal dengan kompleksitas sedang Bandingkan gradien dua garis tersebut. Garis manakah yang mempunyai gradien lebih besar? Apakah makna gradien dalam hal ini? Jelaskan jawabanmu. 

c. Soal dengan kompleksitas tinggi -Pada tahun 1997, sebanyak 42% keluarga di kota Yogya memiliki sepeda motor. Banyaknya keluarga yang memiliki sepeda motor meningkat 6% tiap tahun. Jika kecenderungan ini berlanjut, pada tahun berapakah, sebanyak 90% keluarga di kota Yogya akan memiliki sepeda motor? - Persamaan y = x + 12 menyatakan persentase banyaknya keluarga (y) yang memiliki mobil pada tahun ke-x setelah tahun 1997. Dengan Persamaan tersebut, pada tahun berapakah sebanyak 52% keluarga di kota Yogya akan memiliki mobil? 

Postingan Populer